PASCA WISUDA MAU KEMANA ?

 

PASCA WISUDA MAU KEMANA ?

Hiruk pukuk terasa mewarnai kampus yang di kenal dengan ulul albab ini (Sabtu, 07 Mei 2011). Keramaian para tamu baik yang berstatus sebagai wali mahasiswa, alumni, ataupun simpatisan yang sengaja hadir untuk memeriahkan momentum puncak para wisudawan dan wisudawati. Bahkan jalanan penuh sesak oleh para pedagang kaki lima yang diberi kebebasan untuk menjajakan serta menjual barang dagangannya kepada para tamu yang memadati area kampus UIN Maliki Malang.

Para mahasiswa pun tak ketinggalan untuk mencoba keberuntungan dengan modal yang pas-pasan serta kesempatan keramaain tamu tersebut untuk membuka stand-stand aneka macam produk yang ditawarkan. Mulai dari makanan ringan, minuman, oleh-oleh khas, pernak pernik wisuda, bunga dan sebagainya. Dari beberapa organisasi-orgnisasi mahasiswa yang juga berpartisipasi meramaikan juga terdapat diantara mereka baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat luar yang membuka stand pemotretan di sekitar bangunan gedung perkuliahan.

Deretan mobil dan motor yang diparkir di ruas jalan sedari pagi sudah berjejer rapi dengan dipandu oleh para satpam yang dikerahkan oleh bagian keamaan kampus. Para tamu yang datang ke kampus selain daripada menyambut putra-putri mereka yang telah mengentaskan pendidikan di jenjang strata satu maupun dua tersebut juga ingin melihat secara langsung bangunan kampus yang tersohor dengan artsitiknya. Tak pelak banyak juga diantara mereka yang terpesona setelah melihat betapa megahnya gedung-gedung yang berdiri di kampus ulul albab ini.

Keramaian puncak terjadi pada saat para wisudawan dan wisudawati keluar dari gedung sport center (SC). Para pengiring dan penyambut yang berasal dari berbagai organisasi ekstra menanti para kader-kader nya yang telah menyelesaikan tugas akademiknya. Senandung sholawat, yel-yel, dan teriakan-teriakan orasi mahasiswa pengiring terdengar nyaring dan lantang untuk memberikan nuansa kebanggaan kepada para kadernya. Berwarna-warni bendera berkibar di tengah terik mentari yang menyengat siang hari itu, tapi tak menghalangi mereka untuk bisa meramaikan momentum itu.

Selama kurang lebih delapan semester mereka menempuh dan berjuang dalam akademik. Bahkan banyak juga diantaranya yang tertatih-tatih dan molor studinya dan masih kerasan untuk mengikuti perkuliahan di kampus. Tibalah saatnya merayakan bagi para wisudawan pada hari puncak tersebut setelah memperoleh gelar sarjana dari hasil kerja keras dan kerja cerdas mereka. Selain juga dalam hal akademik juga banyak yang aktif dalam beberapa organisasi intra maupun ekstra kampus.

Akan tetapi permasalah lain muncul bagi mereka yang telah mengentaskan pendidikan di perguruan tinggi islam ini. akankah pasca mereka lulus dapat siap pakai, siap kerja, dan siap untuk bermasyarakat ? ataukah hanya akan menambah perbendaharaan Negara dari para pengangguran ? atau malah menjadi sampah masyarakat yang kian meresahkan dan merepotkan. Dari pertanyaan di atas patutlah kiranya mendapatkan tanggapan dan jawaban. Tak hanya butuh akan kesuksesan akademik yang diidamkan oleh para orang tua yang membanting tulang memenuhi biaya mahal akademik, melainkan juga kesuksesan pasca mereka menyelesaikan studi dan terjamin kehidupan material mereka.

Realita yang ada malah para sarjana muda banyak yang tak tahu akan kemana mereka selanjutnya. Kebingungan melanda dan tak jarang diketemukan para sarjana meloncat kesana kemari hanya untuk mendpatkan peluang lapangan pekerjaan. Padahal dari lapangan pekerjaan yang ada tidaklah sebanding dengan kuantitas para sarjana yang dihasilkan. Ujung-ujungnya sudah jelas bahwa sarjana pun banyak yang tidak bekerja dan tidak jelas nasibnya.

Dapat ditarik kesimpulan dari pemaparan di atas bahwa, sarjana tidaklah menjamin kualitas dan prospek kehidupan lebih baik di kehidupan global ini. Bisa terlihat dari data-data yang ada bahwa angka pengangguran juga banyak didominasi oleh mereka yang telah menempuh dunia pendidikan tinggi. Hal ini juga banyak berpengaruh pada mindset orientasi pendidikan yang condong pada kuantitas bukan pada kualitas hasil mereka. Sehingga harapan para sarjana bisa terserap pada lapangan pekerjaan begitu riil dan sesuai dengan perjuangan yang telah dilalui selam proses di perkuliahan.

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *