Komunitas Agamawan-Intelektual (KAI)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

 

 

Mata Kuliah    : Ulum al-Qur’an I dan II

Fakultas           : Syari’ah

Jurusan            : al-Ahwal al-Syakhshiyyah

Bobot              : 4 SKS

Kode               :

Prasyarat         : PKPBA dan Sertifikat Taklim Qur’ani MSAA

 

A.    Deskripsi Mata Kuliah

Ulum al-Qur’an merupakan sebagian dari keilmuan al-Qur’an yang sangat luas yang dalam al-Itqan fi Ulum al-Qur’an disajikan dalam 80 unit pembahasan, dimulai dari ilmu makkiyah dn madaniyyah hingga biografi para penafsir al-Qur’an. Dalam tradisi keilmuan klasik, Ulum al-Qur’an merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari piranti keilmuan tafsir. Dalam pembelajaran Ulum al-Qur’an di S1 Perguruan Tinggi Agama Islam, STAI/N IAI/N dan UI/N, baik pada prodi agama maupun umum – jika epistemologi dekotomis ini masih dianut, diarahkan kepada pemberian dasar-dasar teologis keyakinan tentang kebenaran al-Qur’an sebagai Firman Suci yang datang dari Allah sebagai satu pedoman dan prinsip panduan etis dan epistemologis dalam mengembangkan keilmuan dan kepribadian calon ilmuan muslim.

Beberapa ilmu pengetahuan yang perlu dikuasai dan mendasari materi ialah mata kuliah Ilmu Bahasa Arab (Nahwu, Sharraf, dan Balaghah), Metodologi Studi Islam (khususnya yang berhubungan dengan pendekatan normatif), Filsafat Islam (khususnya yang berhubungan pemikiran reflektif dan spekulatif tetang Kalam Tuhan), Filsafat Ilmu (khususnya yang berhubungan dengan logika, ontologi, epistemologi dan aksiologi), Ilmu Kalam (khususnya yang mendiskusikan tentang Kalam Tuhan),  Sejarah Kebudayaan Islam (khususnya yang menjelaskan tentang kondisi pra, saat, dan psca al-Qur’an diturunkan), dan Sejarah Peradaban Islam (khususnya yang berhubungan dengan proses tahkim dan mihnah). Sedangkan keilmuan lain yang berhubungan dengan Ulum al-Qur’an sebagai instrumen pengembang keilmuannya ialah mata kuliah Ushul Fiqh, Tarikh Tasyrik, Ulum al-Hadits, dan Metodologi Penelitian.

Berkaitan dengan itu, untuk dapat mengikuti mata kuliah ini dengan baik, maka disarankan agar mahasiswa mempunyai kemampuan prasyarat berikut:

1.      Kemampuan dan bahasa Arab, minimal baik (nilai B)

2.      Kemampuan logika dan epistemologi secara baik, minimal cukup (nilai C)

3.      Kemampuan sejarah dan metode  normatif dalam Metodologi Studi Islam atau Pengantar Studi Islam dengan baik (nilai B).

4.      Kemampuan menulis karya ilmiah dengan tata bahasa Indoensia yang baik, minimal nilai B.

B.     KOMPETENSI DASAR DAN HASIL PEMBELAJARAN

Jika pembelajaran Ulum al-Qur’an banyak disajikan secara teoritik, dalam perkuliah Ulum al-Qur’an pada Strata 1 Perguruan Tinggi Agama Islam, STAI/N IAI/N dan UI/N, ditekankan pada kemampuan teoritik dan penguasan aplikatif yang dapat membentuk moralitas personal dan sosial. Oleh sebab itu, mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Ulum al-Qur’an tidak hanya sekedar diminta untuk mencatat dan mediskusikan setiap materi, tapi lebih dari itu mahasiswa diharapkan dapat mencari sendiri berbagai pengetahuan dalam beberapa buku wajib dan dipraktekkan dalam pemberian contoh-contoh dari realitas al-Qur’an.

Dengan mengikuti mata kuliah ini secara benar, baik dan hati-hati, maka setidaknya kompetensi yang dapat dimiliki ialah:

1.      Menjawab problematika teologis al-Qur’an: antara realitas kebahasaan dan kesakralan

2.      Mendeskripsikan posisi al-Qur’an  dalam proyeksi islamsisi sains atau integrasi sain dan agama.

3.      Memahami dan menjelaskan kondisi objektif masyarakat Arab pra dan pasca al-Qur’an diturunkan.

4.      Problematika teologis dan realitas nuzul al-Qur’an.

5.      Kebahasan al-Qur’an: Instrinsik dan ekstrinsik.

6.      Berbagai pandangan tentang kebahasaan dan struktur al-Qur’an

Pengetahuan-penegetahuan tersebut berperan untuk membangun mentalitas dan keyakinan akan kebenaran al-Qur’an serta memahami seluk beluk kebahasaan al-Qur’an berikut penyelsaiannya secaraakademis dan ilmiah. Dengan pengetahuan-pengetahuan ini, keilmuan al-Qur’an yang akan dipelajari melalui buku ini akan menghasilkan suatu keilmuan yang didasari oleh keyakinan yang benar.

C.     MATERI DAN SUMBER

Ulumul Qur’an I

Materi

Sumber

Tatap Muka 1

 

Ulumul Qur’an:

Definisi dan Ruang Lingkup Kajian

Makalah

Tatap Muka 2

Masyarakat Arab Pra al-Qur’an

1.      Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Cet. XI; Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyah, 1975),  1-2, 4-8.

2.      Philip K. Hiiti, History of the Arabas, Edisi X (London: The Macmillan Press Ltd., 1974),  15, 26, 104

3.      W. Robert Smith, Kinship and Martriage in Early Arabia (Boston: Blacon Press, t.th.),  92-95;

4.      Lamya’ al-Faruqi, “Women, Muslim Society and Islam”, diterjemahkan Masyhur Abadi dengan judul, Ailah: Masa depan Kaum Wanita (Model Masyarakat Ideal Tawaran Islam: Studi Kasus Amerika dan masyarakat Modern (Cet. I; Surabaya: Alfikr, 1997),  44-45

5.      R. Leivy, The Social Structure of Islam, Edisi II (Cet. I; Cambridge: The University Press, 1965),  92-95;

6.      Asaf A.A. Fyzee, Out Lines of Muhammadan Law (London: Oxford University Press, 1955),  99-101.

7.      Ernest Gellner, Saints of the Atlas (Chicago: University of Chicago Press, 1969),  37-38.

8.      Ruth Rooded, “Woman in Biographical Collection: From Ibn Sa’ad to Who’s Who”, diterjemahkan Ilyas Hasan dengan judul Kembang Peradaban: Citra Wanita di Mata Para Penulis Biografi Muslim (Cet. I; Bandung: Mizan, 1995),   49, 51

9.      Ali Ja’far Muhammad al-Tabariy, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jilid II (Cet. I; Bairut: Dar al-Fikr, 1987),  327 dst;

10.  Ali al-Fida’, al-Bidayah wa al-Nihayah, jilid I, Juz II (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.),  235 dst.

Tatap Muka 3

Kondisi Politik Jazirah Arabia

Kondisi Moralitas Social

Tatap Muka 4

Kondisi masyarakat pasca al-Qur’an

 

11.  Izz al-Din Abi Hasyim Aliy bin Abi al-Karam Muhammad bin Muhammad bin ‘Abd al-Karim bin ‘Abd al-Wahid al-Syibaniy, al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid I (Bairut: Dar al-Fikr, t.th.),  52 dan seterusnya.

12.  Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, Jilid I (Kairo: al-Matba’ah al-Nahdlah al-Mishriyah, 1979),  57-61.

13.  Syed Ameer Ali, Short History of Saracens (Cet. III; New Delhi: Kitab Bhavan, 1981),  5-6.

14.  Ira Marvin Lapidus’, A History of Islamic Society (Cet. XI; t.t.:t.p., 1975),  16-17.

Tatap Muka: 5

Cara turun al-Qur’an

1.      Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Cet. I: Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak,1996), 1905.

2.      Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqiy, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadhi al-Qur’an al-Karim (Bairut: Dar al-Fikr, 1987),  694-698.

3.      M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an al-Karim: Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan urutan Turunnya Wahyu (Cet. I; Bandung: Pustaka Hidayah, 1997),  717; 718.

4.      William Montgomery Watt, “Bell’s Introduction to the Qur’an”, diterjemahkan oleh Lillian D. Tedjasudhana dengan judul, Richard Bell: Pengantar Qur’an (Jakarta: INIS, 1998),  19-20.

5.      M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an; Ditinjau dari  Aspek Kebahasaan. Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Cet. I; Bandung: Mzian, 1997),  77-88.

Perbedaan antara al-Qur’an dan Hadits

Tatap Muka: 6

Hikmah al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur

1.      M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Pesan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Cet. XIV; Bandung: Mizan, 1997),  35 – 39, dan 313

2.      Shubhi al-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Bairut: Dar al-‘Ilm al-Malayin, 1988),  50-51; 56-58.

3.      Jalal al-Din al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an , jilid I (Mesir: al-Jami’ah al-Islamiyah, 1974),  74.

4.      ‘Abd al-Mun’im al-Namr, ‘Ulum al-Qur’an al-Karim (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriy, 1993),  73.

5.      Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Bairut: Dar al-Fikr, 1978),  108.

6.      Badr al-Din Muhammad ibn ‘Abdillah al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an.  Jilid I (Bairut: Dar al-Ma’arif, 1972),  192.

7.      Muhammad ibn Muhammad Abu Shuhbah, Al-Madkhal li Dirasat al-Qur’an al-Karim (Kairo: Maktabah: Maktabah al-Sunnah, 1952),  101


 

Tatap Muka 7

Struktur luar al-Qur’an

1.      Fahd bin ‘Abdirrahman al-Rumi, “Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an”, diterjemahkan oleh Amirul Hasan dan Muhammad Halabi dengan dengan judul, Ulumul Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an (Cet. I; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 141-143, 153-154, 199, 202-203, 211-212.

2.      Jalal al-Din al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an , jilid I (Mesir: al-Jami’ah al-Islamiyah, 1974), h. 50, 62-64

3.      Ibrahim al-Ayariy, Pengenalan Sejarah al-Qur’an (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), h. 45, 46, 47 – 50.

4.      Muhammad ‘Abd al-‘Adhim al-Zarqaniy, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, (t.t.: Dar al-Fikr, t.th.), h.Juz I  245; Juz II 3-4.

5.      Muhammad Thaba Thaba’I, al-Mizan fi Tafsi al-Qur’an, jilid XII (Baiorut: Mu’assasah al-‘Alam al-Islamiy, t.th.), h. 124.

6.      Manna’ Khalil Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Bairut: Dar al-Fikr1978), h. 196-197, 478.

7.      William Montgomery Watt, “Bell’s Introduction to the Qur’an”, diterjemahkan oleh Lillian D. Tedjasudhana dengan judul, Richard Bell: Pengantar Qur’an (Jakarta: INIS, 1998), h. 72 – 73.

8.      Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997), h. 80-81

9.      Mohammad Arkoun, Pemikiran Arab. Edisi terjemah (Yogyakarta: Pusataka, 1996), h. 1.

10.  M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an; Ditinjau dari  Aspek Kebahasaan. Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Cet. I; Bandung: Mzian, 1997), h. 89-102.

11.  M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Pesan Wahyu dalam kehidupan Masyarakat (Cet. XIV; Bandung: Mizan, 1997), h. 71.

12.  M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an al-Karim: Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Cet. I; Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 568

13.  Badr al-Din Muhammad ibn ‘Abdillah al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, Jilid I (Bairut: Dar al-Ma’arif, 1972), h. 259; 257-258, 244-248, dan 270

Tatap Muka 8

Struktur dalam al-Qur’an

 

MIDLE TEST


 

Tatap Muka 9 & 10

Model kalimat yang mempunyai kandungan hukum dalam al-Qur’an

 MAKALAH

Tatap Muka 11

Cara penetapan hukum al-Qur’an

Tatap Muka: 12

Problematika penafsiran al-Qur’an dalam perkembangan ilmu kebahasaan

1.      Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997),   9, 80-81

2.      Fazlur Rahman, Islam and Modernity (Chicago: The University of Chicago Press, 1982),   36.

3.      M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),    139.

4.      Ahmad Syirbashi, Sejarah Tafsir al-Qur’an. Edisi terjemah (t.tp.: Pustaka Firdaus, 1994), h 5-6.

5.      M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an; Ditinjau dari  Aspek Kebahasaan. Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Cet. I; Bandung: Mzian, 1997),  89 dan seterusnya hingga 102

6.      William Montgomery Watt, “Bell’s Introduction to the Qur’an”, diterjemahkan oleh Lillian D. Tedjasudhana dengan judul, Richard Bell: Pengantar Qur’an (Jakarta: INIS, 1998), 72 – 73.

7.      Frithjof Schoun, Understanding Islam (London: Unwin Paperback, 1976),   13 – 15.

8.      Ismail Raji al-Faruqi, “Tauhid: Its Implications for Thought and Life”, diterjemahkan oleh Rahmani stuti dengan judul Tauhid (Cet. I; Bandung: Pustaka, 1980),   45.

Tatap Muka 13

 

Pandangan umum para orientalis terhadap al-Qur’an

1.      Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1994), h. 192;

2.      M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 209.

3.      Edward W. Said, Orientalism (London: Rouledge and Kegan Paul, 1980).

4.      Syafii Maarif, Peta Bumi Intelektual islam di Indonesia (Cet. III; Bandung: Mizan, 1995), h. 34-35.

5.      William Montgomery Watt, “Bell’s Introduction to the Qur’an”, diterjemahkan Lillian D. Tedjasudhana dengan judul Richard Bell: Pengantar Qur’an (Jakarta: INIS, 1998), h. 35, 153-164

6.      Karel Steenbrink, “Dutch Colonialism and Islam in Indonesia: Conflict and Contact 1596-1950”, diterjemahkan Suryan A. Jamrah, Kawan dalam Pertikaian: Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia 1596-1942 (Cet. I; Bandung: Mizan, 1995), h. 58-59; 173-174.

7.      Johan Meuleman, “Pengantar: Riwayat Hidup dan Latar Belakang Mohammaed Arkoun”, dalam Mohammed Arkoun, Nalar Islami dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru (Jakarta: INIS, 1994), h. 7-8, 10, 113-115.

8.      Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997), h. 35-38.

9.      John Wansbrough, Qur’anic Studies Sources and Methods of Scriptural Interpratation (Oxford: Oxford University Press, 1977), h. 61, 75-76.

10.  Wilfred C. Smith, “Comparative Religion: Wither and Why?”, dalam Mircea Elida and Yoseph (eds.), The History of Religion: Essay on Methodology (Chicago: Chicago University Press, 1959), h. 34.

11.  Mohammed Arkoun, Pemikiran Arab. Edisi terjemah (Yogyakarta: Pusataka, 1996), h. 1.

12.  Murtadla Muthahhari, Social and Historical Change: an Islamic Perspective (Berkeley: Mizan Press, 1986), h. 66-80.

13.  Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Marx, Durkeim dan Max Weber (Jakarta: UI Press, 1986), h. 27.

Tatap Muka 14

Pandangan orientalisme terhadap surat dan ayat

Tatap Muka 15

Pandangan orientalisme terhadap muatan hukum ayat al-Qur’an

Tatap Muka 16

Review

Final Test

 

D.    STRATEGI PEMBELAJARAN

Untuk kepentingan pencapaian kompetensi, secara umum pembelajaran disajikan dengan metode yang mampu untuk:

1.      Menyajikan pengetahuan keilmuan yang komprehensif, sebagian materi yang disajikan dalam bentuk kajian akademik dan problematik diharapkan dapat mendorong mahasiswa berpikir atau menentukan sendiri kesimpulannya sesuai dengan keyakinan dan madzhab yang menjadi pilihannya. Hal ini diasumsikan bahwa mahasiswa mempunyai waktu minimal 1,5 jam dalam kelas dan minimal 4 jam dalam persiapan dan diskusi di luar kelas, dalam setiap minggu.

2.      Melatih mahasiswa mempunyai tiga kemampuan dasar; pembacaan, pemahaman dan cara penafsiran, materi-materi ini disajikan dalam bentuk sederhana dengan rujukan yang seusai, sehingga mahasiswa diharapkan dapat melacak dan merujuk kembali pada refferensi yang dianjurkan.

3.      Menyajikan materi yang terkoordinasi dan bertingkat secara baik bagi dosen yang mempermudah pelaksanaan pembelajaran dengan persiapan yang relatif singkat. Dengan pertnyaan-pertanyaan dan tugas yang diberikan setelahnya, dosen dapat mempersiapkan dan menguji kemampuannya sendiri kemudian melengkapi dengan bacanaan-bacaan lain yang dianjurkan.

4.      Memberikan kepesempatan pada dosen dan mahasiswa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama dan materi yang sudah disiapkan secara matang.

5.      Memberikan kesempatan bagi dosen untuk menginprovisasi metode pembelajarannya dengan beberapa materi dan bahan lain, baik kepustakaan material maupun elektik (seperti CD sejarah dan e-book).

 

E.     LITERATUR WAJIB

      1.            Ibrahim al-Ayariy, Pengenalan Sejarah al-Qur’an (Jakarta: CV. Rajawali, 1988).

      2.            Jalal al-Din al-Suyuthiy, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an , jilid I (Mesir: al-Jami’ah al-Islamiyah, 1974).

  1. John Wansbrough, Qur’anic Studies Sources and Methods of Scriptural Interpratation (Oxford: Oxford University Press, 1977).
  2. Manna’ Khalil Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Bairut: Dar al-Fikr1978)
  3. MF. Zenrif, Sintesis al-Qur’an – Sains: Metode Studi al-Qur’an untuk Islamisasi Sains (Malang: UIN Press, 2009)
  4. Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997)

      7.            Muhammad ‘Abd al-‘Adhim al-Zarqaniy, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, (t.t.: Dar al-Fikr, t.th.) Juz I  dan Juz II.

  1. William Montgomery Watt, “Bell’s Introduction to the Qur’an”, diterjemahkan Lillian D. Tedjasudhana dengan judul Richard Bell: Pengantar Qur’an (Jakarta: INIS, 1998)

F. KETENTUAN PENILAIAN

I.

q  UTS                 : 50 %

q  Kehadiran       : 15 %

q  Pertisipasi        : 15 %

q  Kuis/Tugas      : 20 %

                                      X

II.

q  UAS                : 50 %

q  Kehadiran       : 15 %

q  Partisipasi        : 15 %

q  Kuis                 : 20 %

                                       Y

Nilai Akhir      : (A+B)/2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *