Kondisi Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat Arab

Kondisi Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat Arab

Hijaz, yang mempunyai tiga kota utama, Makkah, Madinah dan Thaif, adalah bagian dari Jazirah Arab.

[1] Makkah adalah kota yang terletak di dalam lembah yang dikelilingi oleh barisan bukit-bukit yang hampir menutupi seluruh daerahnya. Ia merupakan salah satu kota yang mempunyai sejarah panjang dari perjalanan spritulitas agama-agama dan menjadi pusat perdagangan.[2] Kafilah perdagangan dari kota Makkah ini menjadi penghubung bagi hasil perdagangan antara dunia Timur dan Barat. Mereka membeli barang perdagangan  dari India dan Tiongkok di Yaman, kemudian menjualnya ke Syria. Dan setibanya di Syria mereka membeli barang-barang perdagangan dari Eropa dan dijual di Yaman.

[1] Makkah adalah kota yang terletak di dalam lembah yang dikelilingi oleh barisan bukit-bukit yang hampir menutupi seluruh daerahnya. Ia merupakan salah satu kota yang mempunyai sejarah panjang dari perjalanan spritulitas agama-agama dan menjadi pusat perdagangan.[2] Kafilah perdagangan dari kota Makkah ini menjadi penghubung bagi hasil perdagangan antara dunia Timur dan Barat. Mereka membeli barang perdagangan  dari India dan Tiongkok di Yaman, kemudian menjualnya ke Syria. Dan setibanya di Syria mereka membeli barang-barang perdagangan dari Eropa dan dijual di Yaman.

 

 

Madinah adalah sebuah kota yang terletak di jalur utama yang menghubungkan antara kota Yaman dan Suria. Daerah ini tampak lebih subur jika dibandingkan dengan daerah lainnya, karena mempunyai oase-oase yang dapat dijadikan lahan-lahan pertanian.[3] Di daerah ini kebanyakan masyarakatnya mencari nafkah dengan berkebun dan menanam tanaman pangan, terutama kurma. Cara hidup masyarakat daerah ini berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain untuk mencari daerah-daerah yang subur. Oleh sebab itu, mereka tidak mempunyai perkampungan yang tetap. Kebiasaan masyarakat yang demikian disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya konflik sosial bahkan peperangan antar etnis yang sering terjadi di daratan Jazirah Arab.[4]

Daerah Makkah sekalipun mempunyai struktur sosial yang solid dan mempunyai sumber-sumber solidaritas kekeluargaan, penuh dengan konflik sosial karena kondisi alam yang tandus membuat masyarakatnya harus bekerja keras dan melawan setiap rintangan-rintangan yang menghadang untuk dapat mempertahankan kehidupannya.[5] Untuk itu, konflik sosial di daerah ini tampak tidak pernah usai dan memakan banyak korban.[6] Di daerah kelahiran Nabi ini, sejak abad ke-5 dikuasasi oleh klein Qushay, keturunan Fihr (Quraisy) dan berturut-turut digantikan oleh kleinnya, Abduddar, Abdul Manaf, Abdusysyams,  Hasyim, kemudian Abdul Mutallib.[7]

Klein ini menguasai berbagai aspek sosial, seperti pemegang kunci Ka’bah, pengelola dan distributor air Zam Zam, lembaga diyat, lembaga sifarah (lembaga yang bertugas menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial), dan lembaga rifadah (lembaga administrasi pajak dan kemiskinan).[8] Bahkan, ketika Makkah menjadi pusat perdagangan di kawasan Timur Tengah, klein ini juga menguasai perdagangan[9] disamping klein yang lain, seperti klein Mudar, Rabi‘ah, ‘Iyãd, Anmar, Hawãzin, Kinãnah, Khuzaymah, Ghatfan dan Tamim.[10]

Sedangkan daerah Madinah lebih tidak teratur dari Makkah, karena heterogenitas masyarakatnya tidak bisa membawa daerah ini  pada kedamaian, bahkan sebaliknya sering terjadi konflik antar-klein.[11] Konflik sosial yang terjadi di daerah ini banyak di dominasi oleh masalah etnis, yakni antara bangsa Arab dan Yahudi. Bahkan, tidak jarang peperang antar sesama etnis, baik Arab maupun Yahudi, karena timbulnya perpecahan etnis yang disebabkan oleh adu domba yang dilakukan etnis lain.[12] Di daerah yang kemudian menjadi tempat migrasi Nabi ini dikuasai oleh klein ‘Aus dan Khazraj (klein Arab), Banu Qurayzah, Banu Nazir, Banu Qaynuqa’ dan Banu Tha’labah (klein Yahudi).[13] Sekalipun klein Yahudi mayoritasnya adalah imigran,[14] mereka pernah menjadi pengkontrol politik dan mendominasi pertanian, sehingga klein-klein Arab di daerah ini sangat bergantung padanya.[15]


[1]Afred Guillaume, Islam (England: Penguin Books, 1956),  11.

[2]J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996),  1-2.

[3]Philip K. Hitti, op. cit.,  104.

[4]Lihat Ahamad Amin, op. cit.,  3; Muhammad Husain Haekal, “Hayat Muhammad”, diterjemah Ali Audah dengan judul Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990),  11; Ibn Atsir mencatat beberapa peperangan yang terjadi di daerah ini hingga datangnya Islam. Lihat Izz al-Din Abi Hasyim Aliy bin Abi al-Karam Muhammad bin Muhammad bin ‘Abd al-Karim bin ‘Abd al-Wahid al-Syibaniy, al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid I (Bairut: Dar al-Fikr, t.th.),  52 dan seterusnya.

[5]Willam Montgomery Watt, Muhammad at Mecca (London: Oxford University Press, 1953),  16.

[6]Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, Jilid I (Kairo: al-Matba’ah al-Nahdlah al-Mishriyah, 1979),  57-61.

[7]Syed Ameer Ali, Short History of Saracens (Cet. III; New Delhi: Kitab Bhavan, 1981),  5-6.

[8]Syed Ameer Ali, “The Spirit”, op. cit.,  5-7.

[9]Ira Marvin Lapidus’, A History of Islamic Society (Cet. XI; t.t.:t.p., 1975),  16-17.

[10]Ahmad Iskandariyah dan Mushtafa Ananiy, al-Wasit fi al-Adab al-‘Arabiy wa Tarikh (Mesir: Dãr al-Ma’arif, 1978),  19.

[11]David E. Apter, The Politics of Modernization (Chicago: The University of Chicago Press, 1969),  98.

[12]Husein Haykal, op. cit.,  163-164.

[13]Lihat Wlliam Montgomery Watt, Muhammad: Prophet and Stateman (London: Oxford University Press, 1969),  85; Barakah Ahmad, Muhammad and Jews (New Delhi: Vikas Publishing House, 1979),  29.

[14]Carl Brockelman (ed.), History of the Islamic Peoples (London: Routledge & Kegan Paul, 1980),  10.

[15]J. Suyuthi Pulungan, op. cit.,  31.

Anjuran Pendalaman Buku Bacaan

Ahmad, Barakah (1979) Muhammad and Jews. New Delhi: Vikas Publishing House.

Ali, Syed Ameer (1981) Short History of Saracens. Cet. III; New Delhi: Kitab Bhavan.

Amin, Ahmad (1975) Fajr al-Islam. Cet. XI; Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyah.

Ananiy, Ahmad Iskandariyah dan Mushtafa (1978) al-Wasit fi al-Adab al-‘Arabiy wa Tarikh. Mesir: Dar al-Ma’arif.

Apter, David E. (1969) The Politics of Modernization. Chicago: The University of Chicago Press.

Brockelman, Carl (ed.) (1980) History of the Islamic Peoples. London: Routledge & Kegan Paul.

Cowie, AP. (ed.) (1994) Oxford: Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Edisi IV. Cet. XI: Oxford: Oxford University Press.

al-Faruqi, Lamya’ (1997) “Women, Muslim Society and Islam”, diterjemahkan Masyhur Abadi dengan judul, Ailah: Masa depan Kaum Wanita (Model Masyarakat Ideal Tawaran Islam: Studi Kasus Amerika dan masyarakat Modern. Cet. I; Surabaya: Alfikr.

al-Fida’, Ali (t.th.) al-Bidayah wa al-Nihayah. Jilid I. Juz II. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Fyzee, Asaf A.A. (1955) Out Lines of Muhammadan Law. London: Oxford University Press.

Gellner, Ernest (1969) Saints of the Atlas. Chicago: University of Chicago Press.

Guillaume, Afred (1956) Islam. England: Penguin Books.

Haekal, Muhammad Husain (1990)  “Hayat Muhammad”, diterjemah Ali Audah dengan judul Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antarnusa.

Hasan, Hasan Ibrahim (1979) Tarikh al-Islam. Jilid I. Kairo: al-Matba’ah al-Nahdlah al-Mishriyah.

Hiiti, Philip K. (1974) History of the Arabas. Edisi X. London: The Macmillan Press Ltd.

Lapidus’, Ira Marvin (1975) A History of Islamic Society. Cet. XI; t.t.:t.p.

Leivy, R. (1965) The Social Structure of Islam. Edisi II. Cet. I; Cambridge: The University Press.

Margoliuth, DS. (1978) Jurji Zaidan’s History of Islamic Civilization. New Delhi: Kitab Bahvan.

Pulungan, J. Suyuthi (1996) Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur’an. Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Ramadhan, Sa’id (1961) Three Major Problems Confronting the World of Islam. Genewa: Islamic Center.

Ridla, Muhammad Rasyid (t.th.) al-Wahy al-Muhammadiy. t.t.: al-Maktabah al-Islamiy.

Rooded, Ruth (1995) “Woman in Biographical Collection: From Ibn Sa’ad to Who’s Who”, diterjemahkan Ilyas Hasan dengan judul Kembang Peradaban: Citra Wanita di Mata Para Penulis Biografi Muslim. Cet. I; Bandung: Mizan.

Sa’ad, Muhammad Ibn (t.th.) Tabaqat al-Kubra. Jilid VIII. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Smith, W. Robert (t.th.) Kinship and Martriage in Early Arabia. Boston: Blacon Press.

Sterm, Gertrade (1939) Marriedge in Early Islam. London: Royal Asiatic Society.

al-Syibaniy, Izz al-Din Abi Hasyim Aliy bin Abi al-Karam Muhammad bin Muhammad bin ‘Abd al-Karim bin ‘Abd al-Wahid (t.th.) al-Kamil fi al-Tarikh. Jilid I. Bairut: Dar al-Fikr.

al-Thabariy, Ali Ja’far Muhammad (1987) Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Jilid II. Cet. I; Bairut: Dãr al-Fikr.

Watt, Willam Montgomery (1953) Muhammad at Mecca. London: Oxford University Press.

———– (1969) Muhammad: Prophet and Stateman. London: Oxford University Press.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *